Masjid Berumbung, Sejarah yang Tak Dikenal


Masjid Berumbung merupakan sebuah tempat yang kaya akan nilai historis. Ibarat batu intan di tengah hamparan pasir, tempat ini masih belum banyak tereksplor oleh khalayak umum sehingga tak banyak orang yang mengetahui apalagi mengunjungi tempat suci ini. Terletak di desa Lombang, kecamatan Batang- Batang kabupaten Sumenep, masjid Berumbung menjadi salah satu titik awal penyebaran agama Islam di daerah Sumenep. Tidak banyak orang yang tahu bahwa sesungguhnya masjid ini merupakan masjid pertama yang berdiri di kota Sumenep. Masjid Berumbung sendiri dibangun pada abad ke- 17, satu abad sebelum berdirinya Masjid Jami’ Sumenep yang menjadi Landmark kota Sumenep, oleh K. Abdul Wali Berumbung atau yang memiliki julukan K. Berumbung. K. Abdul Wali Berumbung merupakan seorang Ulama yang giat menyebarkan agama Islam di daerah Sumenep khususnya di sekitar desa Lombang yang merupkan putra dari K. Khotib Setandur yang masih keturunan dari Sunan Kudus. Nama masjid ini diambil dari nama Sang Pendiri masjid tersebut yaitu K. Berumbung yang namanya juga diabadikan sebagai nama dusun dimana masjid ini sekarang berdiri.
Sepanjang sejarah berdirinya masjid ini, Masjid Berumbung telah mengalami 3 kali fase renovasi. Sebuah cerita menarik datang tatkala masjid ini mengalami kerusakan parah pada masa kepemimpinan bupati KH. MOH. Ramdhan Siradj. Pada waktu itu, masyarakat dusun setempat tengah mengajukan permohonan perbaikan terhadap masjid yang dianggap memiliki nilai sejarah ini kepada pemerintah kabupaten Sumenep. Namun, permohonan tersebut dirasa tak kunjung direalisasikan oleh Pemkab Sumenep karena beberapa faktor. Akhirnya, masyarakat memutuskan untuk memperbaiki masjid tersebut secara swadaya. Ketika  masjid ini dalam tahap awal perbaikan, tiba- tiba seekor burung Rajawali datang dan hinggap di sekitar masjid. Tak hanya sekali, burung Rajawali yang tidak diketahui darimana asalnya ini pun datang dan hinggap di sekitaran masjid Berumbung hampir setiap hari selama proses perbaikan masjid berlangsung. Dengan adanya cerita datangnya seekor burung Rajawali di tengah proses perbaikan masjid Berumbung,  banyak masyarakat sekitar dusun maupun luar desa yang akhirnya berbondong- bondong untuk mengunjungi masjid Berumbung. Tidak sedikit dari mereka yang bahkan menyumbangkan sebagian uangnya untuk perbaikan masjid ini. Menariknya, burung Rajawali ini pun mati tatkala perbaikan di Masjid Berumbung telah selesai. Akhirnya, jasad burung yang oleh masyarakat sekitar dianggap sebagai burung misterius ini pun dikubur di Asta Berumbung yang letaknya tidak jauh dari Masjid Berumbung.

Jika kita datang ke Masjid Berumbung, ada satu hal lagi yang menarik untuk dilihat di masjid ini, yaitu pada mimbar masjid. Konon, mimbar masjid ini merupakan tandu dari Joko Tole, seorang tokoh yang termahsyur di masyarakat Madura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar