Ads block

Banner 728x90px

Sosial Budaya




    Surya Budoyo itu sendiri berdiri tahun 1899 ulang tahun yang ke 115 dibawa seri ke pemimpinan yang ke 4. konsep karakter tokoh topeng, setelah menyebar ke berbagai wilayah, para dalang memodifikasi sesuai dengan karakter daerah dimana topeng itu tumbuh dan berkembang, sehingga tidak heran kalau konsep karakter tokoh-tokoh wayang Madura dengan konsep karakter topeng Jawa Tengah agak berbeda. Salah satu contohnya adalah, di lingkungan Astina, Suyudana Sang Raja, ternyata oleh orang Madura dicitrakan sebagai raja yang lemah lembut, dan topengnya diberi warna hijau sahdu. Di Jawa Tengah dan Solo, Suyudana adalah raja yang citranya keras dan cenderung kasar.
    Ciri khas yang paling spesifik dan unik dari topeng dalang Sumenep Madura adalah dipakainya ghungseng (giring-giring) dipergelangan kaki penari. Pemakaian  ghungseng  (giring-giring) tersebut bukan hanya sekadar hiasan, bunyi giring-giring yang selalu terdengar setiap kaki penari bergerak menjadi alat bantu yang ekspresif sekaligus menjadi media komunikasi para penari, karena para penari sepatah pun tak bisa berdialog (dialog dilakukan sang dalang, dan tokoh Semar), kata R. Adawiyah, salah satu pemerhati budaya di Sumenep, pada  Media Center .
    Disamping itu, menurut Adawiyah,  ghungseng dimanfaatkan  sebagai kode perubahan gerakan dalam cerita, misalnya bunyi sreng (panjang) berarti aserek, dan bunyi kroncang-kroncang berarti para pemain sedang berjalan. Ghungseng biasanya dikenakan  oleh para pemain yang berperan sebagai tokoh antagonis.
    "Kalau diperhatikan, topeng dalang Madura yang dikenakan para pemain terkesan cukup sederhana, bersahaya dan agak kaku ukirannya, inilah salah satu hal yang membedakan dengan topeng Yogjakarta, Solo, Bali ataupun daerah Jawa lainnya. Barangkali karakteristik topeng Madura, diidentikkan dengan pembawaan dan karakter orang Madura yang terkenal keras, kaku tapi polos dan jujur,"ambahnya.
    Adapun bentuk topeng yang dikembangkan di Sumenep Madura, menurut Adawiyah, berbeda dengan topeng yang ada di Jawa, Sunda dan Bali. Topeng Madura pada umumnya bentuknya lebih kecil. Kecuali Semar, hampir semua topeng itu diukir pada bagian atas kepala dengan berbagai ragam hias. Ragam hias yang paling populer ialah hiasan bunga melati.
    Seperti diketahui, topeng madura ada 2 jenis, yang satu berukuran seluas telapak tangan, yang satu lebih besar. Bentuk topeng ini tidak sepenuhnya bisa menutupi wajah penari, terutama dagu, maka gerak dagu dalam setiap pementasan tidak dapat disembunyikan, dan ini memberikan nilai estetik tersendiri.
    Penggambaran karakter pada topeng Dalang selain nampak pada bentuk muka, juga tampak pada pemilihan warna. Untuk tokoh yang berjiwa bersih dan suka berterus terang, gunakan warna putih. Sedangkan warna merah, digunakan untuk tokoh-tokoh tenang dan penuh kasih sayang (tokoh Yudistira), hitam untuk tokoh yang arif bijaksana, bersih dari nafsu duniawi (tokoh wayang Krisna). Untuk penggambaran tokoh anggun dan berwibawa, digunakan warna kuning emas (tokoh wayang Subadra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar